Rabu, 16 Desember 2015

segitiga epidemiologi




TUGAS
SEGITIGA EPIDEMILOGI



Makalah Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Dasar Epidemiologi
Dosen Pengampu : Tri Puji Kurniawan,  SKM, M.Kes.

Oleh

1.  Hendi Endar Kusuma

1451700048





UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
Alamat : Jl. Letjend. Sujono Humardani No. 1 Sukoharjo 57521
Telp. (0271) 593156 Faks. (0271) 591065
SUKOHARJO
2015



SEGITIGA EPIDEMILOGI
Trias epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya.  Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu),agent (agen, faktor penyebab), dan environment (lingkungan).
Host adalah manusia atau  makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan antropoda yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan pernyakit. Yang termasuk dalam faktor penjamu, yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi, status perkawinan, penyakit terdahulu, life style, hereditas, nutrisi, dan imunitas. Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi.
Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut meliputi agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan fisika. Agen biologis bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan, protozoa, jamur, bakteri, ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO, zat allergen, obat-obatan, limbah industri, dll. Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air yang jika kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka dapat menimbulkan penyakit. Agen mekanik meliputi friksi yang kronik, misalnya kecelakaan, trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit, dislokasi (payah tulang), dll.
Environment (lingkungan) adalah bagian dari trias epidemiologi. Faktor ini memiliki peranan yang sama pentingnya dengan dua faktor yang lain. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, biologi, sosial-ekonomi, topografi dan georafis. Lingkungan fisik seperti kondisi udara, musim, cuaca, kandungan air dan mineral, bencana alam, dll. Lingkungan biologi meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme saprofit, dsb. Lingkungan sosial-ekonomi yang juga mempengaruhi, yaitu kepadatan penduduk, kehidupan sosial, norma dan budaya, kemiskinan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan, dll.
Faktor-faktor trias epidemiologi saling berinteraksi. Keterhubungan antara host, agent, dan environment ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seseorang individu yang sehat. Maka dapat dikatakan bahwa individu yang sehat adalah keadaan dimana ketiga faktor ini dalam keadaan seimbang.
Gambar. Keseimbangan Epidemiologi
Gambar. Kemungkinan ketidak seimbangan

Keadaan ke-1 :
A memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit miring ke arah A. Pemberatan A terhadap keseimbangan diartikan sebagai agent/penyebab penyakit mendapat kemudahan menimbulkan penyakit pada host, misalnya terjadinya mutasi pada virus influenza.
Keadaan ke-2 :
H memberatkan keseimbangan, sehingga batang pengungkit miring ke arah H. Keadaan seperti itu dimungkinkan apabila H menjadi lebih peka terhadap suatu penyakit. Misalnya apabila proporsi jumlah penduduk balita bertambah besar, maka sebagian besar populasi menjadi lebih peka terhadap penyakit anak.
Keadaan ke-3 :
Ketidakseimbangan disebabkan oleh bergesernya titik tumpu. Hal ini menggambarkan terjadinya pergeseran kualitas lingkungan sehingga A memberatkan keseimbangan. Keadaan seperti ini berarti bahwa pergeseran kualitas lingkungan memudahkan A memasuki tubuh H dan menimbulkan penyakit. Contohnya, terjadinya banjir menyebabkan air kotor yang mengandung A berkontak dengan masyarakat (H), sehingga A lebih mudah memasuki H yang kebanjiran.
Keadaan ke-4 :
Ketidakseimbangan terjadi karena pergeseran kualitas lingkungan  sedemikian rupa sehingga H memberatkan keseimbangan atau H menjadi sangat peka terhadap A. Contohnya, terjadinya pencemaran udara.








Penyakit Sistiserkosis
Sistiserkosis adalah infeksi jaringan yang disebabkan oleh bentuk larva (cysticercus) Taenia, yang disebut sistiserkus akibat termakan telur cacing pita Taenia, dari cacing pita babi (Taeniasolium). Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Gejalanya mungkin hanya sedikit atau tidak terlihat sama sekali selama bertahun-tahun,berkembang dari benjolan kira-kira satu atau dua sentimeter yang tak terasa sakit, atau gejala neurologis jika yang terinfeksi adalah otak. Setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun benjolan ini mulai terasa sakit dan bengkak lalu berubah. Di negara berkembang ini adalah salah satu penyebab umum kejang.
Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia.
Penyebab dan Diagnosis
Biasanya didapat akibat makan makanan atau minum air yang mengandung telur cacing pita. Sayuran mentah merupakan sumber utama. Telur cacing pita berasal dari feces orang yang terinfeksi cacing dewasa, kondisi ini dinamakan taeniasis. Taeniasis adalah penyakit yang berbeda dan disebabkan karena memakan sista dari daging babi yang tidak dimasak sampai matang. Orang yang hidup bersama dengan orang yang memiliki cacing pita punya resiko lebih besar untuk tertular cysticercosis.Diagnosis bisa dilakukan dengan aspirasi terhadap sista. Mengambil gambar otak dengan tomografi komputer (CT) atau pencitraan resonansi magnetik (MRI) paling berguna untuk diagnosis penyakit otak. Peningkatan jumlah sel darah putih, disebut eosinophils, di cairan tulang belakang otak dan darah juga digunakan sebagai indikator.
Efek kesehatan
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit.
Pencegahan dan Pengobatan
Infeksi dapat dicegah secara efektif dengan kebersihan pribadi dansanitasi. Termasuk: memasak daging babi sampai matang,toilet layak dan peningkatan akses ke air bersih. Mengobati orang dengan taeniasis adalah penting guna mencegah penularan. Pengobatan penyakit yang tidak memengaruhi sistem saraf mungkin tidak diperlukan.  Pengobatan pada orang dengan neurocysticercosis bisa dengan praziquantel atau albendazole. Obat-obatan ini mungkin harus dikonsumsi secara jangka panjang. Steroid, sebagai anti radang selama pengobatan, dan pengobatan anti kejang mungkin juga diperlukan. Terkadang diperlukan tindakan operasi untuk mengangkat sista.
Epidemiologi
Cacing pita babi sangat umum di Asia, Afrika Sub-Sahara, dan Amerika Latin.] Di beberapa area diyakini bila lebih dari 25% masyarakatnya telah terinfeksi. Di negara maju hal ini sangat jarang terjadi. Cacing ini menyebabkan 1.200 kematian di seluruh dunia pada tahun 2010, lebih dari 700 jiwa di tahun 1990. Cysticercosis juga memengaruhi babi dan sapi namun jarang yang menunjukkan gejalanya karena sebagian besar tidak berumur panjang. Penyakit ini muncul di manusia sejak dulu. Ini adalah salah satu penyakit tropis yang diabaikan.
Penyebaran di Indonesia
Di Kabupaten Jayawijaya Papua, Indonesia ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari babi. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah kulit. Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala epilepsi. Dari 257 pasien yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya sistiserkosis pada otak.
Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami epilepsi di Bali didiagnosa menderita sistiserkosis di otak. Prevalensi taeniasis T. asiatica di Sumatera Utara berkisar 1,9%-20,7%.  Kasus T. asiatica di Provinsi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi daging babi hutan setengah matang.

















DAFTAR PUSTAKA




Senin, 14 Desember 2015

Hari Kesehatan Nasional



Hari Besar Kesehatan
1. Tanggal 15 Januari : Hari Kanker Anak Sedunia
2. Tanggal 27 Januari : Hari Kusta Sedunia
3. Tanggal 04 Februari : Hari Kanker Sedunia
4. Tanggal 24 Maret : Hari Tuberkolosis Se- Dunia
5. Tanggal 07 April : Hari Kesehatan Se- Dunia
6. Tanggal 08 April : Hari Anak-anak Balita
7. Tanggal 10 April : Hari Meluas Malaria Se- Dunia
8. Tanggal 11 April : Hari Kanker Tulang
9. Tanggal 17 April : Hari Hemofilia Se- Dunia
10. Tanggal 18 April : Hari Diabetes Nasional
11. Tanggal 22 April : Hari Demam Berdarah
12. Tanggal 24 April : Hari Imunisasi
13. Tanggal 01 Mei : Hari Asma
14. Tanggal 08 Mei : Hari Palang Merah Se- Dunia
15. Tanggal 10 Mei : Hari Lupus Se-Dunia
16. Tanggal 29 Mei : Hari Lanjut Usia Nasional
17. Tanggal 31 Mei : Hari Tanpa Tembakau Se- Dunia
18. Tanggal 17 Juli : Hari Saka Bakti Husada
19. Tanggal 23 Juli : Hari Anak Nasional
20. Tanggal 01 Agustus : Hari Remaja Asia
21. Tanggal 01 - 07 Agustus : Pekan ASI Se- Dunia
22. Tanggal 15 September : Hari Peduli Limfoma se- Dunia
23. Tanggal 16 September : Hari Pangan Nasional
24. Tanggal 17 September : Hari Palang Merah Indonesia
25. Tanggal 24 September : Hari Jantung se- Dunia
26. Tanggal 28 September : Hari Rabies se- Dunia
27. Tanggal 30 September : Hari Hati Sedunia
28. Tanggal 04-12 September : Pekan Peduli Hepatitis B
29. Tanggal 09 Oktober : Hari Penglihatan se- Dunia
30. Tanggal 01 - 07 Agustus : Pekan ASI Se- Dunia
31. Tanggal 10 Oktober : Hari Kesehatan Jiwa se- Dunia
32. Tanggal 15 Oktober : Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) se- Dunia
33. Tanggal 18 Oktober : Hari Menopause se- Dunia
34. Tanggal 20 Oktober : Hari Osteoporosis se- Dunia/Nasional
35. Tanggal 24 Oktober : Hari Dokter Nasional
36. Tanggal 12 November : Hari Kesehatan Nasional (HKN)
37. Tanggal 14 November : Hari Diabetes se- Dunia
38. Tanggal 15 November : Hari Penyakit Paru
39. Tanggal 28 November : Hari menanam Pohon Indonesia
40. Tanggal 01 Desember : Hari AIDS se- Dunia
41. Tanggal 03 Desember : Hari Penyandang Cacat se- Dunia
42. Tanggal 05 Desember : Hari Relawan se- Dunia
43. Tanggal 20 Desember : Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional
44. Tanggal 22 Desember : Hari Ibu
45. Tanggal 27 Desember : Hari Kesatuan Gerak PKK
46. Tanggal 28 Desember : Hari Kusta se- Dunia
Sumber : Kalender Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011